Talentap.id
Beranda Produk Digital Kenapa Produk Digital Kamu Nggak Laku Padahal Sudah Bagus? Ini 5 Kesalahan Umum di Strategi Jualannya

Kenapa Produk Digital Kamu Nggak Laku Padahal Sudah Bagus? Ini 5 Kesalahan Umum di Strategi Jualannya

Produk digital kamu sudah bagus tapi nggak juga laku di pasaran? Mungkin masalahnya ada di strategi pemasaranmu. Simak 5 kesalahan umum yang sering dilakukan dan bagaimana cara memperbaikinya.

Dua wanita muda Gen Z keturunan Chindo menikmati obrolan hangat dengan latar alam Raja Ampat.

Produk Digital Bagus Bukan Jaminan Laris

Sudah bikin produk digital yang menurutmu perfect, dari segi desain, fitur, bahkan sudah diuji coba oleh teman-teman dekat. Tapi giliran diluncurkan, yang beli bisa dihitung jari. Padahal kamu sudah upload di marketplace, share di media sosial, dan bahkan coba pasang iklan. Tapi hasilnya tetap sama: sepi pembeli.

Tenang, kamu nggak sendirian.

Banyak kreator digital, pemilik startup, bahkan tim produk di perusahaan besar pernah mengalami hal serupa. Produk digital yang bagus tidak selalu otomatis disambut pasar. Faktanya, tanpa strategi jualan yang tepat, produk sebagus apapun bisa tenggelam tanpa jejak.

Dalam artikel ini, kita akan bahas 5 kesalahan umum dalam strategi penjualan produk digital yang sering terjadi. Kita juga akan bahas cara menghindarinya, lengkap dengan tips praktis yang bisa kamu terapkan langsung.


1. Tidak Punya Target Audiens yang Jelas

Salah satu kesalahan paling mendasar tapi sering dilakukan adalah nggak tahu siapa yang jadi target pembelinya.

Banyak orang langsung membuat produk karena merasa idenya keren atau merasa semua orang bakal butuh. Padahal, tanpa riset siapa yang benar-benar membutuhkan produk tersebut, kamu akan kesulitan menjualnya.

Tanda-tanda kamu belum jelas siapa audiensmu:

  • Iklanmu nggak ada yang klik
  • Banyak orang lihat tapi nggak ada yang beli
  • Kamu bingung menjawab: “Produk ini cocok buat siapa, sih?”

Solusi:

  • Buat customer persona. Tentukan usia, profesi, kebiasaan online, masalah yang sering mereka hadapi, dan bagaimana produkmu bisa membantu mereka.
  • Gunakan tools seperti Google Trends, AnswerThePublic, atau tanya langsung ke audiens lewat polling media sosial.

Semakin jelas kamu tahu siapa yang akan menggunakan produkmu, semakin mudah juga kamu membuat strategi jualan yang tepat sasaran.


2. Terlalu Fokus ke Fitur, Lupa Manfaat

Produk digital biasanya punya banyak fitur keren. Tapi jangan sampai kamu lebih sibuk menjelaskan fitur daripada manfaat yang dirasakan pengguna.

Contoh:
Kalau kamu jual aplikasi budgeting, jangan cuma bilang:

“Aplikasi kami punya fitur auto-categorization, custom tags, dan multi-wallet.”

Coba bilang:

“Bantu kamu atur pengeluaran bulanan tanpa ribet. Lihat ke mana uangmu pergi setiap minggu.”

Solusi:

  • Fokus pada apa yang akan berubah dalam hidup pengguna setelah memakai produkmu.
  • Gunakan bahasa sederhana dan relatable.
  • Gunakan format AIDA (Attention, Interest, Desire, Action) dalam copywriting.

3. Tidak Punya Strategi Pre-Launch

Banyak produk digital langsung diluncurkan ke publik tanpa ada hype sebelumnya. Ini seperti buka warung di gang sempit tanpa ngasih tahu siapa pun. Akibatnya, nggak ada yang datang.

Pre-launch adalah momen emas untuk membangun rasa penasaran dan mengumpulkan calon pembeli sejak awal.

Apa yang bisa dilakukan saat pre-launch?

  • Buat waitlist lewat Google Form atau landing page
  • Teaser produk di media sosial
  • Bikin konten edukatif seputar masalah yang bisa diselesaikan oleh produkmu

Solusi:

  • Rencanakan minimal 2 minggu pre-launch untuk edukasi pasar dan membangun email list.
  • Tawarkan early bird access atau bonus spesial untuk yang daftar lebih dulu.

4. Tidak Ada Kredibilitas atau Bukti Sosial

Pembeli online cenderung skeptis. Apalagi kalau produk digitalmu belum dikenal, belum ada review, dan websitemu baru berdiri seminggu.

Orang butuh bukti bahwa produkmu bisa dipercaya.

Tanda-tanda kamu kurang bukti sosial:

  • Orang tanya, “Udah ada yang pakai belum?”
  • Traffic banyak, tapi bounce rate tinggi
  • Konversi dari iklan rendah

Solusi:

  • Minta testimoni dari pengguna pertama, teman, atau beta tester
  • Tampilkan logo media tempat produkmu pernah ditampilkan (jika ada)
  • Tambahkan statistik seperti “Sudah digunakan lebih dari 1.000 pengguna sejak April 2025”

5. Strategi Distribusi Terbatas atau Salah Kanal

Produk digital butuh distribusi yang tepat. Jangan cuma berharap dari satu kanal, seperti Instagram saja atau satu jenis iklan saja.

Kesalahan paling umum:

  • Terlalu tergantung pada satu platform (misal: hanya share di IG Story)
  • Tidak punya strategi konten jangka panjang
  • Tidak memanfaatkan komunitas online atau kolaborasi

Solusi:

  • Buat content funnel dari awareness hingga konversi: edukatif → testimoni → penawaran.
  • Pilih 2–3 kanal utama dan maksimalkan. Misalnya: Instagram, newsletter, dan TikTok.
  • Kolaborasi dengan micro-influencer atau content creator yang relevan.

Kesimpulan: Produk Bagus Butuh Strategi Jualan yang Cerdas

Kita sudah bahas lima kesalahan besar yang bikin produk digital kamu sepi peminat, meski sebenarnya punya potensi besar. Sekarang saatnya kamu evaluasi ulang strategimu.

Checklist cepat sebelum kamu jual produk digital:

  • Sudah tahu siapa target audiensmu?
  • Sudah tahu manfaat utama yang dirasakan pengguna?
  • Sudah siapkan kampanye pre-launch?
  • Sudah kumpulkan testimoni atau bukti sosial?
  • Sudah pakai kanal distribusi yang tepat dan terukur?

Kalau jawabannya belum semua, it’s okay. Mulai dari yang paling mudah dulu.


Yuk, Maksimalkan Strategi Jualan Produk Digitalmu

Sudah bikin produk digital? Jangan biarkan usaha kerasmu sia-sia karena salah strategi.

📱 Bagikan artikel ini ke temanmu yang juga sedang bangun produk digital
💡 Cek juga panduan kami tentang strategi pre-marketing di artikel berikutnya


FAQ: Pertanyaan Umum Seputar Strategi Penjualan Produk Digital

1. Apakah semua produk digital harus pakai iklan berbayar?

Tidak harus. Banyak produk digital berhasil lewat konten organik, komunitas, dan program referral. Tapi iklan bisa mempercepat distribusi kalau digunakan dengan strategi yang tepat.

2. Berapa lama waktu ideal untuk pre-launch produk digital?

Idealnya 2–4 minggu. Dalam periode ini kamu bisa bangun audiens, edukasi pasar, dan kumpulkan early feedback.

3. Apakah produk digital harus punya landing page sendiri?

Sangat disarankan. Landing page memberi kamu ruang untuk menjelaskan manfaat produk, mengumpulkan email, dan membangun kredibilitas.

4. Bagaimana cara mendapat testimoni kalau belum ada yang beli?

Kamu bisa ajak teman, komunitas kecil, atau pengguna beta untuk mencoba duluan dan memberikan masukan. Pastikan mereka setuju testimoninya bisa digunakan secara publik.

5. Apakah semua fitur harus ditampilkan di halaman penjualan?

Tidak perlu. Fokuskan pada fitur yang paling relevan dengan kebutuhan audiens utama. Sisanya bisa dijelaskan lebih lanjut di FAQ atau help center.

Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan