Talentap.id
Beranda Personal Growth & Mindset Semua Orang Sibuk Personal Branding, Tapi Gak Semua Punya Value

Semua Orang Sibuk Personal Branding, Tapi Gak Semua Punya Value

Personal branding penting, tapi value jauh lebih krusial. Kenapa banyak orang fokus pencitraan dan lupa membangun isi? Baca ulasannya di sini.

Seorang wanita Chindo Gen Z fokus membangun personal branding di ruang kerjanya.

Di era digital, semua orang berlomba jadi “seseorang”. Setiap hari kita lihat postingan motivasi di LinkedIn, bio Instagram yang dipoles seperti CV mini, dan thread panjang di X yang seolah penuh insight. Seakan-akan kalau kamu gak personal branding, kamu ketinggalan zaman.

Tapi di tengah semaraknya citra diri digital, ada satu pertanyaan penting yang jarang ditanyakan: apa sih yang sebenarnya kamu tawarkan?

Personal branding memang penting. Tapi tanpa value, branding cuma jadi kemasan kosong. Cantik di luar, kosong di dalam.


Semua Ingin Terlihat Hebat

Platform seperti LinkedIn, TikTok, dan Instagram mendorong kita untuk tampil. Bukan cuma tampil secara visual, tapi juga secara naratif. Kita berlomba menampilkan diri sebagai profesional yang produktif, kreator yang punya wawasan, atau freelancer yang inspiratif.

Masalahnya, branding yang dibangun secara tergesa kadang lebih fokus pada persepsi ketimbang substansi. Misalnya:

  • Bikin konten “tips sukses freelance” padahal baru mulai freelance dua minggu lalu
  • Posting “#grateful” karena naik jabatan, tapi tidak pernah berbagi proses dan pelajaran selama kerja
  • Buat podcast edukatif, tapi isinya rangkuman dari YouTube lain

Tanpa sadar, personal branding bisa berubah jadi personal pencitraan.


Personal Branding Itu Apa, Sebenarnya?

Personal branding adalah cara kamu mengelola citra dan persepsi orang terhadap dirimu. Bukan cuma soal visual, tapi juga konsistensi narasi, nilai yang kamu bawa, dan kontribusi yang kamu berikan.

Personal branding yang sehat dibangun dari:

  • Authenticity: kamu tampil sesuai dengan siapa kamu sebenarnya
  • Consistency: kamu punya pesan yang berulang dan relevan
  • Value: kamu memberi manfaat nyata kepada audiensmu

Tanpa value, branding hanyalah amplop tanpa surat di dalamnya.


Antara Terlihat Punya Value dan Benar-Benar Punya Value

Hari ini, sangat mudah terlihat pintar. Kamu bisa pakai template carousel, kutip pendapat tokoh, atau pakai kata-kata buzz seperti “growth mindset” dan “digital-first thinking”. Tapi punya value artinya kamu benar-benar memberikan dampak.

Contohnya:

  • Bukan sekadar bilang “bangun jam 5 pagi bikin produktif”, tapi tunjukkan proyek apa yang kamu hasilkan dari rutinitas itu
  • Bukan hanya share tips “belajar UI/UX”, tapi tampilkan hasil case study desainmu sendiri
  • Bukan cuma bilang “kita harus rajin membaca”, tapi review buku yang memang kamu baca dan pahami

Value itu seperti fondasi. Branding adalah cat temboknya. Tanpa fondasi, cat secantik apa pun lama-lama runtuh.


Mengapa Orang Terkadang Fokus ke Branding Dulu?

Karena branding bisa dilihat dan diukur cepat: like, follower, repost, komentar. Sementara value butuh waktu: belajar, gagal, praktik, ulang lagi.

Apalagi di media sosial, feedback yang cepat sering jadi candu. Kita bisa lebih senang dilihat pintar daripada benar-benar belajar. Ini bukan salah siapa-siapa. Tapi penting untuk sadar: kalau kamu branding dulu tanpa value, kamu sedang membangun rumah dari kertas.


Personal Branding Tanpa Value: Risiko Jangka Panjang

Personal branding yang kuat tapi kosong di dalam punya risiko besar:

  • Kehilangan kredibilitas: orang yang awalnya percaya akan merasa tertipu
  • Tekanan untuk selalu tampil “sempurna”: kamu terus merasa harus terlihat “penuh prestasi”
  • Sulit berkembang secara otentik: kamu sibuk mempertahankan citra, bukan meningkatkan kualitas

Cepat naik, cepat juga jatuh kalau yang ditawarkan cuma kemasan.


Lalu, Apa Itu Value?

Value dalam konteks ini adalah sesuatu yang kamu kuasai, yakini, dan kontribusikan kepada audiens atau komunitasmu.

Value bisa datang dari:

  • Keahlian atau pengalaman yang kamu miliki
  • Sudut pandang unik yang kamu bentuk dari pembelajaran
  • Konsistensi dalam menyampaikan insight yang membantu orang lain
  • Kejujuran dalam proses, bukan hanya hasil akhir

Kamu tidak perlu jadi “pakar” untuk punya value. Tapi kamu harus jadi otentik dan komit terhadap perkembanganmu sendiri.


Cara Membangun Value Sebelum (atau Bersamaan dengan) Branding

Berikut beberapa langkah yang bisa kamu mulai sekarang:

1. Asah Keahlianmu Terlebih Dahulu

Sebelum share tips “cara dapat klien freelance”, coba konsisten dulu kerja freelance minimal 6 bulan. Ambil proyek kecil, belajar komunikasi klien, dan pahami alur kerja.

2. Belajar untuk Paham, Bukan untuk Posting

Jangan buru-buru bagikan hal yang belum kamu cerna. Belajar dulu, praktikkan, lalu ceritakan pengalamannya — bukan sekadar ringkasan teori dari YouTube.

3. Mulai dari Kontribusi Kecil

Kamu bisa punya value dengan bantu jawab pertanyaan orang di komunitas, berbagi referensi belajar yang kamu coba sendiri, atau membimbing teman belajar bareng.

4. Bangun Portofolio Nyata

Kalau kamu UI designer, jangan cuma posting quote dari tokoh desain. Buat studi kasus kecil. Kalau kamu marketer, tunjukkan campaign real yang pernah kamu bantu.

5. Jaga Konsistensi dan Sabar

Value tidak lahir dalam semalam. Branding boleh mulai sekarang, tapi biarkan value berkembang bersamaan secara organik.


Refleksi: Apa yang Ingin Kamu Tunjukkan, dan Apa yang Ingin Kamu Bangun?

Sebelum nulis “kamu harus begini begitu” di caption, tanya dulu:

  • Apakah aku sudah pernah jalanin ini?
  • Apakah ini memang insight dari prosesku sendiri?
  • Apakah ini membantu orang, atau cuma membuatku terlihat pintar?

Bukan berarti kamu tidak boleh personal branding. Tapi jangan sampai kamu terjebak di penjara citra.


Personal Branding Itu Penting, Tapi Value yang Bikin Kamu Bertahan

Branding bisa membuka pintu. Tapi yang bikin kamu diundang masuk dan duduk lama adalah value.

Di dunia digital yang cepat dan bising, orang akan lebih menghargai mereka yang punya isi. Branding bisa bikin kamu dikenal, tapi value yang bikin kamu dipercaya.

Jadi, sebelum terlalu sibuk bikin “tampilan”, coba tengok ke dalam: apa yang sebenarnya kamu bawa ke meja?


Ingat, kamu bukan cuma produk yang harus dikemas. Kamu juga manusia yang berkembang, belajar, dan bertumbuh. Bangun branding, tapi jangan lupa bangun value.

Baca artikel reflektif lainnya seputar karier, kreator ekonomi, dan strategi digital hanya di Talentap.id.

Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan