Talentap.id
Beranda Industry Insights Perusahaan Hiring Besar-Besaran Tapi Tetap PHK? Ini Realita Strategi ‘Hire to Fire’

Perusahaan Hiring Besar-Besaran Tapi Tetap PHK? Ini Realita Strategi ‘Hire to Fire’

Fenomena perusahaan yang membuka lowongan besar-besaran lalu melakukan PHK dalam waktu singkat semakin sering terjadi. Kenali strategi "hire to fire" dan dampaknya bagi kariermu.

Seorang kandidat perempuan duduk tenang saat sesi wawancara kerja.

Lowongan di Mana-Mana, Tapi PHK Datang Mendadak

Beberapa tahun terakhir, kita disuguhkan dengan dua berita yang tampak saling bertolak belakang. Di satu sisi, perusahaan teknologi, startup, dan bahkan sektor manufaktur gencar melakukan perekrutan. Di sisi lain, gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) terus terjadi, bahkan di perusahaan yang baru saja membuka lowongan besar-besaran.

Fenomena ini bukan sekadar ironi. Ia adalah bagian dari pola strategi bisnis yang dikenal dengan istilah tidak resmi: ‘Hire to Fire’. Artinya, merekrut banyak orang dalam waktu singkat, lalu memberhentikan sebagian dari mereka saat kondisi berubah atau target tidak tercapai. Mengapa ini bisa terjadi dan apa yang perlu dipahami oleh pencari kerja, khususnya anak muda dan fresh graduate?


Apa Itu Strategi ‘Hire to Fire’?

Strategi “hire to fire” merujuk pada praktik bisnis yang merekrut banyak karyawan dalam waktu singkat untuk mendukung ekspansi atau percobaan pasar tertentu, namun kemudian melakukan PHK ketika hasilnya tidak sesuai ekspektasi. Strategi ini sering terjadi di sektor teknologi, startup, dan industri yang bergerak cepat.

Biasanya, strategi ini muncul karena alasan berikut:

  1. Tekanan investor untuk tumbuh cepat
  2. Eksperimen produk atau ekspansi ke pasar baru
  3. Optimisme berlebihan terhadap tren pasar
  4. Perencanaan SDM yang tidak matang

Mengapa Perusahaan Melakukan Ini?

1. Growth-Driven, Bukan People-Driven

Perusahaan startup sering kali dibangun dengan visi pertumbuhan cepat. Dalam konteks ini, SDM dianggap sebagai “sumber daya yang fleksibel”. Jika strategi gagal, yang disalahkan bukan sistem, tapi individu.

2. Biaya Operasional yang Bisa Dipangkas Cepat

Gaji dan tunjangan adalah beban tetap terbesar. Saat arus kas terganggu atau tidak ada hasil instan dari perekrutan, PHK menjadi jalan pintas.

3. Proyeksi Bisnis yang Terlalu Ambisius

Banyak perusahaan membuat proyeksi pertumbuhan berdasarkan tren sesaat, bukan kebutuhan pasar jangka panjang. Ketika tren melambat, mereka tidak siap, dan solusinya lagi-lagi: mengurangi tenaga kerja.


Dampak Nyata Bagi Karyawan dan Pelamar

1. Ketidakpastian Karier

Fresh graduate yang baru saja diterima bisa saja kehilangan pekerjaan dalam hitungan bulan. Ini membuat jenjang karier terputus sebelum sempat dimulai.

2. Tekanan Mental dan Kecemasan

Menjadi bagian dari tim yang sedang “diperbesar” hanya untuk menyaksikan rekan-rekan diberhentikan menciptakan atmosfer kerja yang tidak sehat.

3. CV yang Penuh ‘Short-Term Experience’

Dalam ekosistem kerja yang seperti ini, pengalaman kerja jangka pendek menjadi hal biasa. Namun sayangnya, tidak semua recruiter memahaminya.


Cara Menghadapi dan Menyikapi Strategi Ini

1. Lakukan Riset Sebelum Melamar

Jangan tergiur dengan branding lowongan kerja saja. Periksa track record perusahaan, seperti sejarah PHK, pendanaan, dan apakah mereka pernah melakukan ekspansi berlebihan.

2. Prioritaskan Keseimbangan dan Stabilitas

Kalau kamu fresh graduate, carilah perusahaan yang tidak hanya menjanjikan pertumbuhan, tapi juga pembelajaran dan stabilitas karier.

3. Bangun Skill Fleksibel Sejak Awal

Miliki skill yang bisa ditransfer ke berbagai sektor. Misalnya, kemampuan data, komunikasi, desain, atau project management.

4. Siapkan Plan B Sejak Dini

Punya rencana cadangan. Entah itu freelance, bisnis kecil, atau portofolio personal yang bisa menunjang kamu saat jeda kerja.


5 Tanda Perusahaan yang Berpotensi ‘Hire to Fire’

  1. Rekrutmen besar dalam waktu singkat, tanpa strategi jangka panjang yang jelas
  2. Turnover karyawan tinggi, banyak orang masuk dan keluar dalam waktu singkat
  3. Fokus pada jumlah user/klien, bukan kualitas layanan atau karyawan
  4. Minimnya transparansi dari manajemen soal visi dan arah bisnis
  5. Ketergantungan besar pada pendanaan eksternal tanpa model bisnis yang stabil

Jadilah Pekerja yang Adaptif, Bukan Korban Strategi

🎯 Jika kamu sedang melamar kerja, luangkan waktu lebih banyak untuk riset daripada hanya menyesuaikan CV.
🧭 Jika kamu sudah bekerja, perhatikan tanda-tanda ketidakstabilan di perusahaan.
🔁 Bagikan artikel ini ke teman atau rekan kerja agar mereka bisa lebih waspada.


FAQ: Pertanyaan Umum tentang Strategi ‘Hire to Fire’

Apakah strategi ini legal?

Secara hukum, iya. Tapi secara etika, strategi ini sering dikritik karena tidak mempertimbangkan nasib karyawan.

Apakah semua perusahaan startup melakukan ini?

Tidak semua. Banyak startup yang memprioritaskan kesejahteraan tim dan punya perencanaan SDM yang sehat.

Bagaimana tahu jika perusahaan sedang menjalankan strategi ini?

Perhatikan pola rekrutmen, komunikasi internal, dan transparansi visi bisnis. Seringkali sinyalnya bisa dibaca sejak awal.

Apa yang harus dilakukan jika baru masuk kerja tapi suasananya tidak stabil?

Mulailah mempersiapkan plan B. Perbanyak belajar skill, cari peluang freelance, dan jaga koneksi profesional.

Apa peran HR dalam situasi ini?

Idealnya, HR menjadi jembatan antara manajemen dan karyawan. Tapi realitanya, mereka juga terikat keputusan strategis perusahaan.


Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan