9 Alasan Kenapa Portofolio Lebih Diprioritaskan HR Dibandingkan IPK Tinggi
Banyak HR lebih memperhatikan portofolio daripada IPK tinggi saat merekrut karyawan. Temukan 9 alasan penting kenapa portofolio bisa jadi kunci utama lolos seleksi kerja.

IPK Tinggi Bukan Lagi Jaminan, Inilah Kenapa Portofolio Lebih Dicari HR
Di tengah persaingan dunia kerja yang semakin kompetitif, banyak pelamar masih berpikir bahwa nilai IPK tinggi adalah kunci utama untuk menarik perhatian HR atau perekrut. Sayangnya, realita industri saat ini menunjukkan hal berbeda.
Meski IPK tetap punya nilai, banyak HR kini lebih tertarik pada satu hal: portofolio kerja nyata.
Portofolio menunjukkan apa yang bisa kamu lakukan, bukan hanya apa yang kamu pelajari. Terlebih untuk bidang-bidang seperti desain grafis, UI/UX, copywriting, digital marketing, pemrograman, dan videografi, di mana hasil kerja berbicara lebih lantang daripada angka di transkrip nilai.
Lalu, kenapa sih portofolio kini diprioritaskan dibanding IPK tinggi? Berikut 9 alasannya.
1. Portofolio Menunjukkan Keterampilan Nyata yang Siap Pakai
Perusahaan ingin tahu apakah kamu bisa langsung berkontribusi. Dengan portofolio, kamu bisa menunjukkan karya nyata yang membuktikan kemampuanmu. Ini jauh lebih meyakinkan daripada sekadar mencantumkan “nilai A dalam mata kuliah Desain Web”.
2. Portofolio Mencerminkan Cara Berpikir dan Proses Kreatif
IPK hanya menampilkan hasil akhir. Tapi dalam portofolio, kamu bisa menunjukkan bagaimana proses berpikirmu, bagaimana kamu menyelesaikan masalah, dan pendekatan apa yang kamu ambil.
Misalnya, dalam studi kasus UI/UX, kamu bisa menjelaskan alur desain, hasil riset pengguna, hingga revisi yang dilakukan berdasarkan feedback.
3. Portofolio Memberikan Bukti Pengalaman, Bukan Sekadar Teori
IPK tidak menjelaskan apakah kamu pernah mengerjakan proyek nyata. Portofolio menjawab itu. Bahkan jika kamu masih mahasiswa, kamu bisa mengisi portofolio dengan proyek pribadi, freelance, magang, atau bahkan hasil tugas kuliah yang diolah jadi presentasi profesional.
Ini penting karena perusahaan lebih menyukai kandidat yang sudah “terbiasa bekerja”, meski hanya lewat simulasi.
4. Portofolio Memudahkan HR Menilai Kesesuaian dengan Kebutuhan Perusahaan
HR butuh kandidat yang cocok dengan karakter perusahaan dan kebutuhan tim. Dengan melihat portofolio, mereka bisa langsung menilai gaya kerja, estetika desain, cara berpikir, dan vibe profesionalmu.
Misalnya, portofolio copywriter dengan gaya bahasa santai cocok untuk startup Gen Z, tapi bisa jadi kurang pas untuk perusahaan korporat yang konservatif.
5. Portofolio Bisa Jadi Alat Komunikasi Diri yang Lebih Menarik
Bayangkan dua pelamar: satu dengan IPK 3.9 tanpa portofolio, dan satu lagi dengan IPK 3.2 tetapi punya situs pribadi berisi hasil desain UI lengkap dengan user flow dan studi kasus. HR akan lebih tertarik dengan yang kedua.
Portofolio adalah personal branding. Ia menunjukkan keunikanmu, gaya kerja, dan bagaimana kamu menyampaikan nilai dirimu ke dunia profesional.
6. Industri Digital Bergerak Cepat, Butuh Bukti Bukan Sekadar Nilai
Perubahan dalam industri digital sangat cepat. Tools, metode, bahkan tren bisa berubah dalam hitungan bulan. IPK tidak selalu mencerminkan apakah seseorang bisa mengikuti perubahan ini.
Sementara portofolio yang menunjukkan proyek terkini, eksperimen teknologi baru, atau penggunaan tools terbaru akan membuktikan bahwa kamu terus berkembang.
7. Portofolio Meningkatkan Daya Saing Saat Jumlah Pelamar Membeludak
Di masa rekrutmen besar atau job fair, HR bisa menerima ratusan lamaran dalam sehari. CV dengan IPK tinggi mungkin hanya dibaca sekilas. Tapi portofolio yang mencuri perhatian visual akan lebih diingat.
Apalagi jika kamu menyertakan link portofolio interaktif atau hasil proyek yang benar-benar relevan dengan lowongan.
8. Portofolio Menunjukkan Inisiatif dan Passion
Orang yang punya portofolio biasanya menunjukkan bahwa mereka tidak hanya pasif menunggu nilai. Mereka aktif belajar, bereksperimen, dan membangun pengalaman di luar ruang kelas.
Ini penting bagi HR, karena mereka mencari kandidat yang bisa bekerja dengan semangat, bukan hanya karena disuruh.
9. Portofolio Mendukung Interview dan Negosiasi Gaji
Saat interview, kamu bisa menggunakan portofolio sebagai alat bantu komunikasi. Menjelaskan proyek, peranmu dalam tim, dan tantangan yang kamu hadapi akan memberikan gambaran lebih utuh kepada HR.
Bahkan, portofolio juga bisa jadi nilai tawar saat negosiasi gaji. Semakin kuat portofoliomu, semakin tinggi nilai kamu di mata perusahaan.
Jadi, Haruskah IPK Ditinggalkan?
Tentu tidak. IPK tetap punya nilai, terutama di perusahaan besar atau posisi yang sangat kompetitif. Tapi jangan hanya mengandalkan IPK tinggi tanpa bukti karya.
Portofolio dan IPK bisa saling melengkapi. Namun jika kamu harus memilih satu yang bisa langsung meningkatkan peluang lolos seleksi kerja, portofolio punya pengaruh lebih besar.
Tips Membangun Portofolio yang Menarik Perhatian HR
Berikut beberapa tips jika kamu ingin mulai membangun portofolio dari sekarang:
- Mulai dari proyek kecil
Tugas kuliah, freelance, atau proyek pribadi pun bisa jadi awal yang bagus. - Tampilkan proses, bukan hanya hasil akhir
Jelaskan bagaimana kamu menyelesaikan proyek dan apa peranmu di dalamnya. - Gunakan platform yang tepat
Kamu bisa pakai Behance, Dribbble, GitHub, Notion, atau buat situs pribadi dengan Webflow atau WordPress. - Update secara berkala
Tambahkan proyek terbaru agar portofoliomu selalu relevan. - Sesuaikan dengan posisi yang dituju
Tampilkan karya yang sesuai dengan industri atau jobdesc yang kamu lamar.
Bangun Portofoliomu Sekarang, Jangan Tunggu HR Menutup Pintu
Jangan tunggu sampai lulus baru membangun portofolio. Mulailah sekarang, selagi kamu punya waktu dan energi untuk eksplorasi. Buat akun Behance, buka GitHub, atau desain presentasi di Notion.
Bagikan artikel ini ke temanmu yang masih bergantung pada IPK saja, dan bantu mereka mulai membangun karier dari sekarang.
FAQ (Pertanyaan Umum)
1. Apakah portofolio penting untuk semua bidang pekerjaan?
Tidak semua bidang membutuhkan portofolio visual, tapi sebagian besar akan menghargai bukti hasil kerja, termasuk dalam bentuk tulisan, analisis, atau proyek yang terdokumentasi.
2. Saya belum punya pengalaman kerja, apakah tetap bisa punya portofolio?
Tentu bisa. Kamu bisa memasukkan proyek pribadi, tugas kuliah yang dikembangkan, atau hasil kolaborasi dengan teman.
3. Apakah lebih baik membuat portofolio di platform atau website pribadi?
Keduanya baik. Website pribadi lebih fleksibel dan bisa mencerminkan branding kamu secara utuh. Tapi platform seperti Behance dan GitHub lebih mudah ditemukan oleh rekruter.
4. Apakah portofolio bisa menggantikan surat lamaran kerja?
Tidak, tapi portofolio bisa melengkapi dan memperkuat isi surat lamaran serta CV kamu.
5. Haruskah portofolio dibuat dalam bahasa Inggris?
Jika kamu melamar ke perusahaan multinasional atau bidang teknologi, sebaiknya iya. Tapi untuk pasar lokal, portofolio dalam bahasa Indonesia tetap relevan.