Ternyata 60% Biaya Hidup Anak Muda Habis untuk 3 Hal Ini, Bukan Cicilan Rumah
Menurut riset Katadata Insight Center dan Tokopedia 2024, 60 persen pengeluaran anak muda Indonesia dihabiskan hanya untuk tiga kategori. Bukan investasi, bukan rumah. Lalu ke mana larinya gaji mereka?

Uang Gajian Habis Sebelum Tanggal 20? Kamu Nggak Sendiri
Kalau kamu merasa gaji selalu habis sebelum akhir bulan, jangan khawatir, kamu tidak sendirian. Banyak anak muda di Indonesia menghadapi masalah serupa. Tapi yang mengejutkan, ternyata pengeluaran terbesar generasi muda bukan untuk cicilan rumah atau investasi.
Menurut laporan Katadata Insight Center dan Tokopedia tahun 2024, 60 persen pengeluaran anak muda Indonesia (usia 20–35 tahun) justru habis untuk tiga hal konsumtif. Ini jadi sinyal penting, apalagi bagi mahasiswa, pelajar, atau profesional muda yang ingin membangun kestabilan finansial.
Artikel ini akan membahas apa saja tiga pengeluaran terbesar anak muda berdasarkan data, kenapa hal itu bisa terjadi, serta bagaimana cara cerdas mengelolanya tanpa harus menyiksa gaya hidup. Siap-siap menyimak, siapa tahu selama ini kamu juga termasuk “korban gaya hidup”.
Konsumsi Anak Muda 2024: Data dan Fakta
Berdasarkan survei Katadata Insight Center bekerja sama dengan Tokopedia terhadap ribuan responden Gen Z dan milenial di Indonesia, ditemukan pola menarik dalam alokasi pengeluaran bulanan.
Berikut tiga kategori utama pengeluaran anak muda yang menyedot 60 persen dari total biaya hidup mereka:
- Makanan dan Minuman di Luar Rumah (28 persen)
- Fashion dan Produk Gaya Hidup (18 persen)
- Langganan Digital dan Hiburan Online (14 persen)
Sisanya terbagi untuk transportasi, tempat tinggal, tabungan, cicilan, dan kebutuhan lainnya.
1. Makan dan Minum di Luar Rumah: Enak, Tapi Cepat Habis
Siapa yang bisa menolak ajakan ngopi sore di kedai estetik, brunch di kafe hits, atau pesan makanan lewat aplikasi saat mager masak? Ternyata kebiasaan ini menjadi sumber pengeluaran terbesar anak muda Indonesia.
Sebanyak 28 persen dari total pengeluaran bulanan dihabiskan untuk konsumsi makanan dan minuman siap saji. Jumlah ini bahkan melampaui alokasi untuk sewa tempat tinggal bagi sebagian responden.
Penyebab utamanya:
- Pola kerja dan studi yang padat
- Gaya hidup urban yang menomorsatukan kenyamanan
- Pengaruh media sosial yang membuat tren kuliner cepat viral
Solusi Cerdas:
- Batasi jajan di luar menjadi 1–2 kali seminggu
- Masak bareng teman kost bisa jadi solusi hemat dan menyenangkan
- Manfaatkan promo aplikasi makanan secara bijak
2. Fashion dan Produk Gaya Hidup: Antara Kebutuhan dan FOMO
Kebutuhan akan penampilan yang up-to-date, outfit OOTD, skincare, hingga gadget, masuk dalam kategori kedua yang menyedot 18 persen pengeluaran.
Fashion dan gaya hidup digital sudah jadi bagian dari identitas generasi muda. Di era media sosial, citra dan persepsi jadi penting. Sayangnya, hal ini mendorong budaya FOMO (fear of missing out) yang membuat banyak orang belanja lebih dari yang dibutuhkan.
Riset menunjukkan, anak muda cenderung mengalokasikan dana lebih besar untuk hal yang membuat mereka ‘terlihat produktif’ dan ‘presentable’ di media sosial.
Solusi Cerdas:
- Terapkan prinsip “cost per wear”: beli barang yang benar-benar akan kamu pakai lebih dari 10 kali
- Prioritaskan kualitas daripada kuantitas
- Beli produk lokal yang bagus tapi lebih terjangkau
3. Langganan Digital dan Hiburan Online: Nyaman, Tapi Tak Terasa
Platform streaming musik, video, film, hingga langganan aplikasi seperti penyimpanan cloud, gym online, dan game digital menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup Gen Z dan milenial.
Menurut data, 14 persen pengeluaran bulanan anak muda masuk ke kategori langganan digital dan hiburan. Banyak dari mereka bahkan tidak sadar punya 5–7 langganan aktif tiap bulan.
Masalahnya? Biaya kecil ini tidak terasa di awal, tapi jika dikumpulkan, bisa setara cicilan motor.
Solusi Cerdas:
- Cek ulang semua langganan tiap bulan, batasi maksimal tiga
- Gunakan versi gratis jika masih cukup fungsional
- Manfaatkan langganan bersama (family plan) agar lebih hemat
Kenapa Generasi Muda Lebih Konsumtif?
Pola pengeluaran di atas tidak muncul tanpa sebab. Ada beberapa faktor sosiologis dan ekonomi yang memengaruhi:
- Kecemasan akan masa depan: Banyak anak muda merasa sulit punya rumah dan tabungan besar, sehingga fokus pada kepuasan jangka pendek.
- Tekanan sosial dan media digital: Budaya tampil dan eksistensi di dunia maya memicu belanja demi terlihat relevan.
- Kurangnya literasi keuangan sejak dini: Banyak yang baru sadar pentingnya menabung dan investasi saat sudah terjebak gaya hidup tinggi.
Bagaimana Cara Mengatur Keuangan Tanpa Menyiksa Diri?
Mengatur pengeluaran bukan berarti kamu harus hidup serba hemat dan tidak menikmati hidup. Kuncinya ada pada keseimbangan dan kesadaran diri.
Gunakan Metode 50/30/20
- 50 persen untuk kebutuhan pokok
- 30 persen untuk gaya hidup
- 20 persen untuk tabungan atau investasi
Jika gaya hidupmu saat ini sudah memakan 60 persen, coba perlahan dikurangi ke angka yang lebih ideal.
Catat dan Review Pengeluaran
Gunakan aplikasi keuangan untuk melacak kemana uangmu pergi. Dari sini kamu bisa tahu kebocoran yang bisa diatasi.
Tetapkan Prioritas Bulanan
Tiap bulan bisa punya fokus: bulan ini upgrade laptop, bulan depan perbanyak tabungan, bulan berikutnya liburan. Jangan semua dilakukan dalam waktu yang sama.
Uangmu Harus Bekerja untuk Masa Depanmu, Bukan Sekadar Memenuhi FOMO
Kalau kamu merasa pengeluaranmu selama ini terasa “nggak ada bekasnya”, mungkin saatnya merevisi prioritas. Generasi muda adalah pendorong ekonomi, tapi juga perlu jadi pemegang kendali keuangan pribadi.
Bagikan artikel ini ke temanmu yang juga merasa “kok gajiku cepet banget habis ya?”. Ajak ngobrol bareng, siapa tahu bisa saling bantu mengatur ulang pengeluaran.
FAQ: Pertanyaan Umum Seputar Pola Pengeluaran Anak Muda Indonesia
1. Benarkah 60 persen pengeluaran anak muda hanya untuk tiga hal konsumtif?
Ya, menurut riset Katadata dan Tokopedia 2024, mayoritas pengeluaran anak muda habis untuk makanan di luar, fashion, dan langganan digital.
2. Apakah wajar jika anak muda tidak punya tabungan?
Wajar, tapi bukan ideal. Banyak anak muda merasa penghasilannya belum cukup untuk menabung. Namun menabung tetap bisa dimulai, sekecil apa pun nominalnya.
3. Bagaimana cara mengurangi pengeluaran tanpa menyiksa diri?
Fokus pada efisiensi, bukan pengorbanan. Masak lebih sering, beli barang berkualitas tahan lama, dan batasi langganan digital yang tidak terpakai.
4. Apakah anak muda harus mulai investasi sejak awal?
Idealnya ya. Bahkan investasi kecil seperti reksa dana atau emas digital bisa jadi awal yang baik. Semakin dini kamu mulai, semakin baik hasil jangka panjangnya.
5. Kenapa penting memahami pola konsumsi sendiri?
Karena tanpa kesadaran, kamu bisa terjebak siklus hidup dari gaji ke gaji tanpa ada pertumbuhan finansial. Memahami pola konsumsi membantumu membuat keputusan lebih bijak.
Gaya Hidup Boleh Tren, Tapi Masa Depan Tetap Prioritas
Tidak ada yang salah dengan menikmati kopi di kafe, membeli outfit baru, atau langganan Netflix. Tapi semua itu harus tetap proporsional dengan kemampuan dan tujuan finansialmu.
Jangan biarkan tren konsumsi menggerus impianmu punya tabungan, modal usaha, atau bahkan rumah sendiri. Dengan mengatur pengeluaran secara bijak, kamu tetap bisa tampil gaya, tanpa mengorbankan masa depan.