Talentap.id
Beranda Career Preparation Data Analyst Gak Cuma Bikin Chart, Tapi Harus Bisa Cerita Lewat Data! (Biar Insight Kamu Gak Cuma Jadi Hiasan Meeting)

Data Analyst Gak Cuma Bikin Chart, Tapi Harus Bisa Cerita Lewat Data! (Biar Insight Kamu Gak Cuma Jadi Hiasan Meeting)

Daftar Isi

  1. Data Analyst Gak Cuma Bikin Grafik
  2. Kenapa Storytelling Penting Buat Seorang Data Analyst?
  3. Data Storytelling Itu Apa Sih?
  4. Konsep Dasar: Audience-First, Bukan Analyst-First
  5. Less Is More: Gak Semua Data Harus Ditampilin
  6. Struktur Cerita dalam Presentasi Data: Awal–Tengah–Akhir
  7. Studi Kasus: Cerita Gagalnya Insight yang Gak Bisa Disampaikan
  8. Tips Praktis Meningkatkan Skill Storytelling Kamu
  9. Kesimpulan

Data Analyst Gak Cuma Bikin Grafik

Kamu udah bikin dashboard super keren.
Ada pie chart, bar chart, heatmap, sampai donut chart yang warna-warni.

Tapi pas presentasi ke manajer bisnis, mereka cuma bilang:

“Oke… ini bagus sih, tapi maksudnya apa ya?”

Dan kamu diem. Karena kamu lupa satu hal penting: cerita.
Yap, Data Analyst itu gak cukup jago coding dan bikin chart — kamu juga harus bisa cerita lewat data.


Kenapa Storytelling Penting Buat Seorang Data Analyst?

Menurut laporan dari Harvard Business Review, storytelling dengan data bisa meningkatkan pemahaman dan retensi informasi hingga 22 kali lipat dibanding penyajian data mentah.

Kenapa?
Karena:

  • Orang lebih ingat cerita daripada angka
  • Data tanpa konteks itu cuma noise
  • Insight yang bisa diceritakan akan lebih actionable

Data storytelling bikin insight kamu bisa didengar, dipahami, dan dipakai buat ambil keputusan.


Data Storytelling Itu Apa Sih?

Singkatnya mengubah angka menjadi cerita yang punya awal, tengah, dan akhir.
Dan pastinya punya pesan utama.

Data storytelling adalah skill untuk

  • Menyusun insight dengan urutan yang logis
  • Memilih visualisasi yang tepat
  • Menyampaikan data sesuai kebutuhan audience
  • Mengajak orang ambil tindakan berdasarkan data

Ini bukan soal drama. Tapi soal menyusun alur yang bikin orang mengerti dan peduli.


Konsep Dasar: Audience-First, Bukan Analyst-First

Salah satu kesalahan paling sering terjadi ngomongin insight dari sudut pandang kita, bukan dari sudut pandang audience.

Contoh:

  • Kamu presentasi ke tim marketing, tapi pakai istilah teknis kayak “statistical significance” dan “confidence interval”.
  • Mereka bakalan bingung. Padahal yang mereka butuh tahu adalah: “Apakah iklan A lebih efektif dari iklan B, dan kenapa?”

Prinsip “Audience-First” berarti:

  • Tahu siapa yang kamu ajak bicara
  • Tahu apa yang mereka pedulikan
  • Tahu bagaimana menyampaikan insight dengan bahasa mereka

Less Is More: Gak Semua Data Harus Ditampilin

Sebagai Data Analyst, kadang kita tergoda pamer:

“Ini hasil query saya. Ini grafik dari semua dimensi yang saya olah. Ini chart breakdown-nya juga.”

Tapi buat audiens non-teknis, itu overload.
Mereka cuma pengen satu hal:
Apa yang penting? Dan apa yang harus kita lakukan dari data ini?

Tips “Less is More”

  • Pilih 1–2 insight utama per slide
  • Gunakan 1 visual utama + 1 narasi kuat
  • Hilangkan dekorasi dan chart yang gak menambah nilai

Fokus pada cerita, bukan semua data yang bisa ditampilkan.


Struktur Cerita dalam Presentasi Data: Awal–Tengah–Akhir

Awal: Kenapa Kita Ngobrolin Ini?

  • Apa pertanyaan bisnisnya?
  • Apa konteksnya?
  • Kenapa ini penting?

Tengah: Apa yang Data Tunjukkan?

  • Pola atau insight utama?
  • Data pendukung yang relevan
  • Visualisasi yang ringkas & jelas

Akhir: Lalu So What?

  • Apa rekomendasinya?
  • Apa langkah selanjutnya?
  • Dampaknya buat bisnis?

Bayangkan kamu bikin cerita kriminal:

  • Awal: Ada misteri (kenapa conversion turun?)
  • Tengah: Temuan investigasi (ternyata checkout error di iOS)
  • Akhir: Solusi (fix bug dan test ulang funnel)

Studi Kasus: Cerita Gagalnya Insight yang Gak Bisa Disampaikan

Namanya Dinda, junior analyst di startup e-commerce.
Dia diminta analisis kenapa revenue stagnan selama 3 bulan terakhir.

Dia kerja keras: extract data dari BigQuery, olah pakai Python, bikin dashboard interaktif.
Dia lihat tren penurunan di segmen pengguna lama, dan churn meningkat di kota-kota tier 2.

Pas presentasi, dia tampilkan semua chart.
Bar chart, stacked area, pivot table interaktif.
Manajer cuma ngangguk-ngangguk, lalu bilang:

“Jadi… intinya kenapa ya revenue stagnan? Dan harus ngapain?”

Dinda bingung. Dia lupa satu hal penting menyusun cerita.
Insight-nya kuat, tapi gak tersampaikan.
Dua minggu kemudian, presentasi diulang… tapi kali ini oleh senior analyst yang ceritain insight Dinda dalam 3 slide.

Lesson learned:
Storytelling bukan soal siapa yang punya data paling banyak. Tapi siapa yang bisa bikin orang ngerti dan bertindak.


Tips Praktis Meningkatkan Skill Storytelling Kamu

1. Latih Menjawab “So What?”

Setiap insight kamu temukan, tanya:

“So what? Kenapa ini penting?”

Kalau gak bisa jawab, berarti belum siap disampaikan.


2. Bikin Draft Cerita Sebelum Bikin Chart

Mulai dari outline cerita, bukan langsung visual.

Misal:

  1. Konversi turun 15%
  2. Penurunan terjadi di mobile app
  3. Versi terbaru app punya bug checkout
  4. Rekomendasi: rollback versi & test ulang

3. Gunakan Metode “One Slide, One Message”

Setiap slide cuma boleh punya satu pesan utama.
Bikin audience fokus dan gak bingung.


4. Rehearsal Pakai Bahasa Non-Data

Latihan presentasi insight kamu ke teman yang bukan analyst.
Kalau mereka ngerti dan bisa jawab “jadi maksudnya…”, berarti kamu berhasil.


5. Belajar dari Presenter Keren

Coba nonton presentasi Guy Kawasaki, Steve Jobs, atau TED Talk.
Pelajari gimana mereka bangun cerita, bukan cuma nunjukin data.


Kesimpulan

Jadi, kesimpulannya?

Data Analyst itu gak cuma tugasnya bikin chart keren dan dashboard interaktif. Tapi harus bisa nyampaikan insight dengan cara yang jelas, singkat, dan nyentuh kebutuhan audiens.

Storytelling itu bukan bakat. Tapi skill yang bisa dilatih.

Mulai dari:

  • Memahami audiens
  • Menyusun narasi
  • Menyampaikan dengan visual yang tepat
  • Fokus pada pesan, bukan pajangan data

Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan