Dashboard Kamu Rame Tapi Gak Dipakai? Yuk Belajar Desain Dashboard Data Analyst yang Efektif, Fokus, dan Gak Bikin Pusing

Daftar Isi
- Dashboard Banyak Chart Tapi Gak Ada yang Liat?
- Kenapa Dashboard Harus Efektif, Bukan Cuma Estetik?
- 3 Prinsip Utama Desain Dashboard Data Analyst
- Clarity: Biar Semua Orang Ngerti Maksudnya
- Focus: Jangan Bikin Dashboard Jadi Mall
- Interaktif: Bikin User Bisa Ngulik Sendiri
- Storytelling & Audience-First Approach: Fondasi Dashboard yang Relevan
- Less is More: Gak Semua Harus Ditampilin di Dashboard
- Struktur Dashboard Ideal: Dari Ringkasan ke Detail
- Studi Kasus: Dashboard Penjualan yang Gagal Dimengerti Tim Sales
- Checklist Praktis Sebelum Kamu Publish Dashboard
- Kesimpulan
Dashboard Banyak Chart Tapi Gak Ada yang Liat?
Pernah gak ngalamin ini?
Kamu bikin dashboard pakai Power BI atau Looker Studio. Udah semangat banget.
Ada grafik batang, pie chart, heatmap, dan slicer warna-warni.
Tapi setelah dipublish…
gak ada yang buka.
Atau kalaupun ada, mereka bilang:
“Ini udah bagus sih, tapi gue gak ngerti harus liat yang mana dulu.”
Itu tandanya: dashboard kamu rame, tapi gak efektif.
Kenapa Dashboard Harus Efektif, Bukan Cuma Estetik?
Salah satu jebakan paling umum Data Analyst di awal karier adalah:
berpikir bahwa makin banyak chart, makin lengkap insight-nya.
Padahal kenyataannya:
Kalau sebuah chart ditampilkan tanpa konteks yang jelas, audiens gak akan ngerti maksudnya. Bukannya dapat insight, mereka malah kebingungan.
Terus, kalau kamu pakai terlalu banyak warna dalam satu dashboard, itu justru bikin mata capek dan perhatian jadi terpecah ke mana-mana.
Dan kalau dashboard kamu disusun tanpa alur yang runtut, user akan bingung harus mulai dari mana. Ujung-ujungnya? Mereka enggan buka lagi.
Intinya, dashboard yang bagus bukan soal tampilannya yang keren, tapi seberapa efektif dia bisa bantu orang ambil keputusan.
3 Prinsip Utama Desain Dashboard Data Analyst
1. Clarity (Kejelasan)
“Kalau orang harus nanya, berarti dashboard-nya gagal.”
Tujuan utama dashboard adalah komunikasi yang jelas. Semua orang harus:
- Paham apa yang dilihat
- Paham apa artinya
- Gak perlu tanya ke analyst dulu
Tips clarity:
- Pakai judul & label yang jelas
- Hindari jargon teknis
- Gunakan angka besar (KPI utama) di atas
2. Focus (Fokus)
Dashboard bukan tempat untuk masukin semua data yang ada.
Kamu harus tanya:
- Siapa audiensnya?
- Apa keputusan yang harus diambil?
- Apa satu hal utama yang harus mereka tahu hari ini?
Tips fokus:
- Maksimum 3–5 visual utama
- Pisahkan dashboard berdasarkan tujuan (opsional, eksekutif, harian)
- Sorot hanya indikator yang actionable
3. Interaktif (User-Friendly)
Dashboard yang bisa digali lebih dalam bikin user lebih engaged.
Tapi interaktif bukan berarti ribet.
Fitur interaktif yang efektif:
- Filter tanggal
- Drill-down (klik KPI untuk lihat detail)
- Segmen per kategori atau wilayah
- Search & highlight
Pastikan semuanya tetap mudah dipakai, bukan malah bikin bingung.
Storytelling & Audience-First Approach: Fondasi Dashboard yang Relevan
Dashboard yang bagus adalah dashboard yang bisa bercerita.
Dan cerita yang bagus harus relevan buat yang baca.
Prinsip “Audience-First”:
- Buat dashboard untuk user, bukan untuk sesama analyst
- Tanyakan ke mereka: “Apa yang paling penting buat kamu lihat setiap hari?”
Kalau user-nya:
- Tim sales? Tampilkan revenue, conversion, lead harian
- Eksekutif? Tampilkan overview kinerja dan tren
- Tim operasional? Fokus ke real-time data & performa harian
“Dashboard bukan untuk menunjukkan betapa kompleksnya data kamu. Tapi seberapa sederhananya kamu bisa bikin orang paham.”
Less is More: Gak Semua Harus Ditampilin di Dashboard
Kalau kamu merasa dashboard kamu kayak lemari dapur habis Lebaran — penuh banget — mungkin udah saatnya kamu “declutter”.
Apa yang bisa kamu hapus:
- Grafik yang gak relevan sama tujuan dashboard
- Warna & elemen dekoratif berlebihan
- Chart ganda yang menyampaikan hal serupa
- Tooltip yang gak informatif
Tips:
- Simpan analisis lanjutan di tab terpisah
- Bikin dashboard summary dulu, baru detail
Struktur Dashboard Ideal: Dari Ringkasan ke Detail
Bayangin dashboard kamu kayak cerita pendek.
Struktur ideal:
- Ringkasan (High-Level KPIs):
- Pendapatan hari ini
- Jumlah user baru
- Conversion rate
- Tren Waktu (Time-Series):
- Penjualan per minggu
- Churn rate per bulan
- Analisis Dimensi:
- Penjualan per kategori
- Konversi berdasarkan channel
- Drill-down (Interaktif):
- Klik kota → tampil data customer
- Klik campaign → tampil konversi
Urutannya harus logis. Jangan langsung detail di awal.
Studi Kasus: Dashboard Penjualan yang Gagal Dimengerti Tim Sales
Cerita fiktif tapi kejadiannya nyata
Kak Nia, Data Analyst di perusahaan FMCG, bikin dashboard penjualan mingguan.
Ada 12 chart:
- Revenue harian
- Return rate
- Customer lifetime value
- Basket size per kategori
- Map sebaran wilayah
- dan lainnya…
Tapi setelah dua minggu, gak ada yang buka dashboard-nya.
Waktu ditanya, tim sales jawab:
“Gue bingung liatnya. Yang penting tuh sales per region & growth mingguan. Gak perlu lifetime value.”
Akhirnya Nia bikin ulang:
- 3 KPI utama di atas
- Breakdown per region
- Filter produk dan tanggal
- Drill-down ke store level
Sekarang? Dashboard dibuka setiap pagi.
Pelajarannya: kadang kita bikin dashboard buat nunjukin kemampuan kita, bukan buat bantu kerja tim lain.
Padahal tugas kita adalah bantu orang ambil keputusan.
Checklist Praktis Sebelum Kamu Publish Dashboard
🔲 Apakah semua chart punya judul & label yang jelas?
🔲 Apakah user bisa langsung tahu apa yang harus dilihat pertama?
🔲 Apakah data diurutkan dengan logika cerita?
🔲 Apakah filter & interaksi mudah digunakan?
🔲 Apakah chart yang gak relevan sudah dihapus?
🔲 Apakah dashboard cepat dibuka & ringan?
🔲 Apakah user tahu harus ngapain setelah lihat dashboard ini?
Kalau semua ✅, berarti kamu siap publish!
Kesimpulan
Dashboard yang bagus gak diukur dari banyaknya chart, tapi dari seberapa sering orang pakai dan ambil keputusan darinya.
Sebagai Data Analyst, kamu bukan cuma tukang bikin visual. Kamu penyusun cerita, fasilitator keputusan, dan pemandu arah bisnis.
Desain dashboard bukan soal teknis semata, tapi soal empati ke pengguna.