Talentap.id
Beranda Personal Growth & Mindset Gen Z Gampang Pindah Kerja? Atau Perusahaan yang Gampang Hilang Komitmen?

Gen Z Gampang Pindah Kerja? Atau Perusahaan yang Gampang Hilang Komitmen?

Benarkah Gen Z suka pindah kerja dan kurang loyal? Atau justru perusahaan yang tidak memberikan komitmen jangka panjang? Simak penjelasan lengkap tentang dinamika kerja generasi muda saat ini.

Perempuan stylish dengan apron bekerja di balik meja kasir kafe bernuansa hangat.

Gen Z dan Dunia Kerja: Loyalitas yang Dipertanyakan?

Di tengah hiruk-pikuk dunia kerja modern, generasi Z sering menjadi bahan perbincangan. Mereka dinilai terlalu mudah berpindah kerja, kurang loyal, bahkan disebut “job hopper” oleh generasi yang lebih tua. Namun, apakah semua itu murni kesalahan Gen Z?

Faktanya, dunia kerja hari ini jauh berbeda dibanding satu dekade lalu. Kultur kerja, ekspektasi karier, hingga kondisi ekonomi telah membentuk cara pandang Gen Z terhadap pekerjaan dan loyalitas.

Artikel ini mengajak kamu menyelami lebih dalam: Apakah benar Gen Z mudah pindah kerja? Atau justru perusahaan yang gagal menjaga komitmen dan memberikan alasan untuk bertahan?


Siapa Itu Gen Z dan Kenapa Mereka Punya Cara Pandang yang Berbeda?

Generasi Z adalah mereka yang lahir sekitar tahun 1997 hingga 2012. Banyak dari mereka kini sudah masuk dunia kerja sebagai karyawan muda, magang, atau profesional pemula.

Gen Z tumbuh dalam era internet, sosial media, dan perubahan cepat. Mereka sangat akrab dengan teknologi, informasi instan, dan realita bahwa hidup penuh ketidakpastian. Maka tidak heran jika nilai-nilai kerja yang mereka anut pun lebih fleksibel dan kritis.


Kenapa Gen Z Sering Pindah Kerja?

Berikut beberapa alasan mengapa banyak Gen Z terlihat mudah pindah kerja:

1. Mencari Lingkungan yang Sehat

Gen Z menaruh nilai tinggi pada kesehatan mental dan work-life balance. Lingkungan kerja yang toxic, jam kerja tidak jelas, atau manajemen yang otoriter membuat mereka cepat berpikir untuk pindah.

2. Ekspektasi Gaji dan Karier yang Jelas

Banyak Gen Z yang meninggalkan pekerjaan bukan karena malas, tapi karena tidak ada kejelasan karier dan kompensasi. Mereka lebih suka mencari perusahaan yang menghargai potensi dan memberi ruang tumbuh.

3. Budaya Trial-and-Error yang Dianggap Wajar

Gen Z lebih terbuka pada eksplorasi karier. Bagi mereka, berpindah kerja dalam 1–2 tahun bukan tanda kegagalan, tapi bagian dari proses menemukan tempat yang tepat.

4. Ketidakpastian Dunia Kerja Modern

Dalam dunia yang penuh disrupsi, banyak pekerjaan kehilangan stabilitas. Kontrak jangka pendek, PHK massal, dan startup yang tutup mendadak membuat Gen Z sulit menanamkan loyalitas jangka panjang.


Apakah Semua Salah Gen Z? Mari Lihat dari Sisi Perusahaan

Terlalu mudah menyalahkan Gen Z sebagai generasi yang tidak loyal. Tapi mari kita balik pertanyaannya: apakah perusahaan juga sudah memberi komitmen dan kejelasan?

1. Banyak Perusahaan Masih Pakai Pola Lama

Beberapa perusahaan masih berpegang pada hierarki kaku, komunikasi satu arah, dan tidak terbuka pada ide baru. Ini membuat Gen Z yang terbiasa dengan budaya kolaboratif merasa tidak cocok.

2. Minimnya Investasi pada Pengembangan Karyawan

Gen Z menghargai pelatihan, mentoring, dan kesempatan berkembang. Namun banyak perusahaan yang tidak menyediakan program pengembangan yang memadai.

3. Komitmen Sepihak yang Tidak Seimbang

Saat perusahaan bisa dengan mudah memutus kontrak, melakukan PHK, atau menunda kenaikan gaji tanpa alasan yang jelas, loyalitas menjadi hubungan satu arah. Maka wajar jika Gen Z memilih pindah demi keamanan dan penghargaan yang lebih baik.


Pindah Kerja Bukan Selalu Buruk: Perspektif Baru untuk Dunia Modern

Dulu, bertahan di satu perusahaan selama puluhan tahun dianggap sebagai bentuk kesuksesan. Tapi sekarang, mobilitas kerja bisa menunjukkan ketanggapan terhadap peluang, keinginan berkembang, dan kemandirian dalam memilih lingkungan kerja yang sehat.

Berikut beberapa alasan pindah kerja yang bisa dimaklumi bahkan justru menguntungkan:

  • Mendapatkan tantangan baru
  • Perubahan bidang karier
  • Meningkatkan pendapatan
  • Menghindari lingkungan kerja tidak sehat
  • Mengejar fleksibilitas atau remote work

Bagaimana Membangun Hubungan Kerja yang Sehat antara Gen Z dan Perusahaan?

Supaya Gen Z dan perusahaan bisa sama-sama berkembang, dibutuhkan pemahaman dari kedua belah pihak. Berikut beberapa strategi yang bisa diterapkan:

Untuk Perusahaan:

  • Bangun komunikasi dua arah yang terbuka dan menghargai ide baru
  • Sediakan ruang tumbuh, pelatihan, dan kejelasan jenjang karier
  • Hargai keseimbangan hidup dan fleksibilitas
  • Berikan kompensasi yang adil dan transparan
  • Libatkan Gen Z dalam pengambilan keputusan

Untuk Gen Z:

  • Berkomunikasi secara asertif jika merasa tidak cocok dengan budaya kerja
  • Tingkatkan kemampuan adaptasi dan kolaborasi
  • Berinvestasi dalam pengembangan diri, bukan hanya gaji
  • Bangun loyalitas berbasis nilai, bukan sekadar waktu
  • Evaluasi alasan pindah kerja, bukan hanya mengikuti tren

Kesimpulannya Siapa yang Harus Berubah?

Jawabannya: keduanya. Gen Z perlu belajar bahwa kerja bukan sekadar tempat mencari penghasilan, tapi juga tempat belajar dan tumbuh. Sementara perusahaan harus memahami bahwa generasi baru ini tidak bisa dipaksa setia tanpa rasa dihargai.

Loyalitas tidak bisa dipaksa. Ia harus dibangun dari rasa saling percaya dan komitmen yang adil.


Mari Mulai Percakapan yang Seimbang

Kalau kamu seorang profesional muda yang pernah dituduh “gampang pindah kerja,” atau HR yang bingung menghadapi karyawan Gen Z, artikel ini adalah undangan untuk saling memahami.

💡 Ayo bagikan artikel ini ke rekan kerja, atasan, atau komunitas kamu agar kita semua bisa membangun lingkungan kerja yang lebih sehat, transparan, dan saling menghargai.

Dan kalau kamu ingin tahu lebih dalam soal tren kerja Gen Z, cara membangun budaya kerja yang inklusif, atau tips adaptasi di tempat kerja multigenerasi, cek juga artikel lain di blog ini!


FAQ: Pertanyaan Umum Seputar Gen Z dan Dunia Kerja

1. Berapa lama waktu yang ideal bagi Gen Z bertahan di satu pekerjaan?
Tidak ada patokan pasti. Yang penting adalah seberapa besar kontribusi dan pembelajaran yang didapat, bukan durasi waktu semata.

2. Apakah pindah kerja sering membuat CV jelek di mata rekruter?
Tidak selalu. Selama kamu bisa menjelaskan alasan profesional dan menunjukkan pencapaian yang jelas, mobilitas karier bisa jadi nilai plus.

3. Apa yang paling dicari Gen Z dalam pekerjaan?
Keseimbangan hidup, lingkungan kerja yang sehat, kesempatan berkembang, dan nilai yang selaras dengan kepribadian mereka.

4. Bagaimana perusahaan bisa mempertahankan talenta Gen Z?
Dengan membangun budaya kerja yang inklusif, memberikan ruang berkembang, transparansi karier, dan penghargaan yang adil.

5. Apakah perusahaan juga punya andil dalam tingginya angka resign?
Tentu. Ketika perusahaan gagal memberi komitmen jangka panjang, komunikasi buruk, atau minim pengakuan, karyawan mana pun bisa memilih untuk pergi.

Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan