Talentap.id
Beranda Industry Insights Produk Banyak Tapi Untung Gak Nambah? Ini Cara Data Analyst Bantu Bikin Keputusan Product Mix yang Tepat

Produk Banyak Tapi Untung Gak Nambah? Ini Cara Data Analyst Bantu Bikin Keputusan Product Mix yang Tepat

Daftar Isi

  1. Pembukaan: Produk Banyak Tapi Gak Semua Untung
  2. Product Mix: Bukan Cuma Jumlah, Tapi Strategi
  3. Masalah Umum: Terlalu Banyak Produk, Terlalu Sedikit Data
  4. Studi Kasus: KopiLokal dan Masalah Menu yang “Overload”
  5. Langkah Data Analyst: Dari Kertas Order ke Dashboard Cuan
  6. Apa Saja Data yang Diperlukan untuk Product Mix Decision?
  7. Tools dan Teknik yang Dipakai untuk Analisis Product Mix
  8. Hasil Nyata: Pendapatan Naik, Produk Lebih Fokus
  9. Pelajaran Penting Buat Bisnis dan Analyst
  10. Kesimpulan

Pembukaan: Produk Banyak Tapi Gak Semua Untung

Kamu pernah lihat warung makan atau cafe yang punya menu sampai 6 halaman? Semua ada, dari nasi goreng sampai ramen, dari kopi susu sampai mocktail?

Tapi…

“Yang sering dipesan cuma es kopi susu sama nasi ayam, Mas.”
— Owner, dengan wajah pasrah.

Fenomena ini nyata. Banyak bisnis berasumsi: “Semakin banyak pilihan, makin tinggi omzet.”
Padahal realitanya: yang banyak malah biaya operasional dan makanan sisa.

Nah, ini dia momen ketika Data Analyst bisa jadi pahlawan diam-diam. Bukan cuma bantu analisa penjualan, tapi juga bikin keputusan strategis soal produk apa yang harus diprioritaskan.


Product Mix: Bukan Cuma Jumlah, Tapi Strategi

Product Mix bukan cuma soal “banyak-banyakan produk.”
Ini soal komposisi produk yang optimal buat:

  • Menarik pelanggan
  • Menjaga margin keuntungan
  • Efisiensi operasional

Elemen penting dalam product mix:

  • Breadth: Jumlah kategori (minuman, makanan, snack)
  • Depth: Variasi per kategori (es kopi susu vs kopi susu gula aren)
  • Margin: Profit per item
  • Turnover: Seberapa sering item itu dibeli
  • Cost complexity: Apakah bahan sulit dan mahal?

Kalau disusun dengan benar, kamu bisa punya sedikit produk, tapi justru makin cuan.


Masalah Umum: Terlalu Banyak Produk, Terlalu Sedikit Data

Sayangnya, banyak bisnis (terutama FnB dan retail) nambah produk hanya karena:

  • Trend musiman
  • Ikut kompetitor
  • Iseng coba-coba

Tapi lupa tanya:

“Produk ini bakal laku gak sih? Untungnya berapa? Yang beli siapa?”

Tanpa data, keputusan itu berisiko buang-buang waktu, tenaga, dan bahan baku.


Studi Kasus: KopiLokal dan Masalah Menu yang “Overload”

Cerita dimulai…

KopiLokal, sebuah cafe kecil di Bandung, awalnya sukses dengan 5 menu utama:

  • Es Kopi Susu Gula Aren
  • Latte
  • Cold Brew
  • Banana Muffin
  • Nasi Ayam Sambal Matah

Tapi karena persaingan makin ketat, owner menambahkan 10 menu baru:

Matcha, Red Velvet, Lemonade, Croffle, Chicken Katsu Curry, dan seterusnya.

Masalah mulai muncul:

  • Karyawan bingung nyiapin menu rumit
  • Banyak bahan kadaluarsa
  • Komplain meningkat karena rasa gak konsisten
  • Omzet naik, tapi margin justru turun

Owner bilang:

“Kayaknya banyak menu baru yang gak worth, tapi aku bingung yang mana yang harus dicoret.”

Masuklah tim Data Analyst.


Langkah Data Analyst: Dari Kertas Order ke Dashboard Cuan

Langkah-langkah yang dilakukan:

  1. Tarik data penjualan 3 bulan terakhir dari POS (Point of Sales)
  2. Gabungkan dengan data pembelian bahan baku
  3. Hitung total order per produk
  4. Analisis margin per item
  5. Cek repeat order rate tiap produk
  6. Segmentasi waktu (pagi/siang/malam), lokasi, dan tipe pelanggan

Insight yang ditemukan:

  • 70% penjualan berasal dari hanya 4 produk lama
  • 6 dari 10 menu baru gak sampai 10 kali dipesan dalam sebulan
  • 3 menu baru justru mengurangi kecepatan layanan
  • Cold Brew punya margin 30% dan repeat order tinggi

Apa Saja Data yang Diperlukan untuk Product Mix Decision?

Jenis Data Penting:

  • Sales data per SKU: jumlah terjual, harga, diskon
  • Cost per produk: harga bahan baku, tenaga, dan waktu
  • Feedback pelanggan: rating & komentar
  • Operational time: waktu pembuatan & antrian
  • Inventory rotation: berapa cepat bahan habis/dibuang

KPI yang bisa dihitung:

  • GM% (Gross Margin)
  • Contribution Margin
  • Product Performance Index
  • Sales Velocity
  • Inventory Turnover

Tools dan Teknik yang Dipakai untuk Analisis Product Mix

Tools favorit Data Analyst:

  • SQL / BigQuery – untuk ambil data penjualan
  • Excel / Google Sheets – simulasi margin & scenario planning
  • Tableau / Power BI – visualisasi tren
  • Python (Pandas, Seaborn) – EDA & clustering product
  • A/B Testing Tools – uji promosi/bundling antar produk

Teknik:

  • Pareto Analysis (80/20 Rule)
  • ABC Analysis (high, medium, low contribution)
  • K-means Clustering untuk segmen produk
  • RFM Analysis (Recency, Frequency, Monetary) pada pembeli

Hasil Nyata: Pendapatan Naik, Produk Lebih Fokus

Setelah 6 minggu:

  • Menu dikurangi dari 15 → 9 item saja
  • Bahan lebih efisien, waste turun 40%
  • Revenue naik 15%
  • Gross margin naik dari 21% → 29%
  • Tim operasional lebih cepat & pelanggan puas

Dan yang paling penting:

Owner jadi lebih fokus ke promosi produk yang jelas hasilnya, bukan coba-coba lagi.


Pelajaran Penting Buat Bisnis dan Analyst

Untuk pebisnis:

  • Jangan asal tambah produk tanpa data
  • Produk baru = biaya + risiko = harus terukur

Untuk Data Analyst:

  • Pahami konteks bisnis (gak cuma angka)
  • Gunakan bahasa yang dipahami owner (jangan cuma grafik)
  • Ceritakan data sebagai jalan keluar, bukan kritik

Kesimpulan

Produk banyak belum tentu berarti cuan banyak.
Tanpa strategi dan data, bisnis bisa tenggelam di pilihan yang membingungkan — untuk pembeli, tim, bahkan pemilik bisnisnya sendiri.

Dengan pendekatan yang tepat, Data Analyst bisa bantu perusahaan menyusun product mix yang lebih ramping, efisien, dan menguntungkan.

Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan